Kamis, 25 Agustus 2011

Memilih Mentri Pintar


SBY ingin belajar dari Barrack Obama bagaimana caranya memilih
menteri yang pintar. Maka dia datang ke Amerika diam-diam.

Bagaimana caranya memilih menteri yang pintar, Pak Obama? Gampang,
jawab Obama, "Kita test saja kecerdasannya." Dan tokoh Amerika itu pun
memanggil menteri luar negerinya, Hillary Clinton. Obama mengajukan satu
pertanyaan yang harus dijawab Hillary dengan cepat dan tepat:
"Hai, Hillary, misalkan orangtuamu punya anak tiga orang. Siapakah
gerangan anak yang bukan kakakmu, dan bukan pula adikmu?" Hillary
menjawab tangkas, "Ya itu saya sendiri."
Obama bertepuk tangan, "Angka 10 untuk Hillary. Sebab itu dia kupilih!".
SBY sangat terkesan kepada cara memilih gaya Barrack Obama ini.
Dia pulang ke Jakarta dan segera mau menguji Hatta Rajasa.
"Pak Hatta,'' kata SBY, "Saya ingin menguji sampeyan. Ada satu
pertanyaan yang harus sampeyan jawab: misalkan orang tua sampeyan
punya anak tiga orang. Siapakah gerangan anak yang bukan kakak
sampeyan, dan bukan pula adik sampeyan?"
Ternyata Hatta Rajasa tidak segera bisa menjawab. Tapi dia punya akal dan
minta permisi sebentar ke luar ruangan, dimana menunggu Tiffatul Sembiring.
"Coba, Mas Tiffatul," katanya kepada koleganya ini. "Misalkan orang tua
situ punya anak tiga. Siapa gerangan anak yang bukan kakaknya situ dan
bukan pula adiknya situ?"
Tiffatul berpikir lima menit, lalu menjawab: "Itu saya, Pak."
Hatta Rajasa senang, dan masuk kembali ke ruang SBY. Dia langsung
maju. "Jadi tadi, pertanyaannya bagaimana, Pak SBY?".
SBY dengan sabar mengulangi, "Orang tua sampeyan punya anak tiga orang.
Siapakah anak yang bukan kakak sampeyan dan bukan adik sampeyan?"
Hatta kali ini menjawab tangkas: "Ya, Tiffatul, Pak!".
SBY ketawa geli. "Pak Hatta ini gimana! Jawabnya yang benar, ya,
Hillary Clinton, dong!"

by Raul riffai ahmad